profile

The Creative Compass

Mau Sukses di Bisnis Desain? Ini Dia Strategi Pricing yang Harus Lo Tau!

Published 7 months ago • 2 min read

Mau Sukses di Bisnis Desain? Ini Dia Strategi Pricing yang Harus Lo Tau!

Halo Reader,

Pernah ga lo mengalami kebingungan ketika nentuin harga jasa desain lo? Atau ketika klien nego, eh lo malah jadi panik sendiri karena ga punya dasar hitung-hitungan yang kuat, jadinya ya di drive oleh emosi dan feeling.

Nah di industri desain ini ada beberapa pricing model yang bisa lo pakai. Silakan pilih yang cocok dengan business goal dan gaya lo. Let’s go kita bahas!

1. Hourly Rate

Ini model yang paling sederhana dan sering digunakan, terutama oleh freelancer dan desainer yang baru memulai. Kelebihannya adalah lo dibayar sesuai dengan waktu yang lo investasikan.

Tapi, kekurangannya adalah lo mungkin nggak bisa menangkap nilai penuh dari pekerjaan lo. Misalnya, lo udah punya skill tinggi dan bisa menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lebih cepat dibanding desainer lain, tapi karena lo tagih per jam, jadinya lo malah dapet lebih sedikit.

2. Fixed Price

Ini juga sangat umum dan sering digunakan untuk project yang memiliki ruang lingkup dan hasil yang jelas. Ini memberi kepastian baik untuk desainer maupun klien dalam hal biaya.

Tapi, pastikan lo udah ngerti betul kebutuhan klien dan ruang lingkup pekerjaan sebelum lo tentukan harga tetap. Kalo nggak, bisa-bisa lo rugi karena ternyata pekerjaannya lebih kompleks dari yang lo kira.

3. Retainer Fee

Model ini sering digunakan untuk klien atau project jangka panjang. Ini memberikan kestabilan pendapatan bagi desainer dan akses berkelanjutan ke layanan desain bagi klien. Biasanya, klien membayar sejumlah uang di awal sebagai jaminan, biasanya digunakan untuk jangka waktu tertentu atau sejumlah jam kerja. Ini bagus buat lo yang mau fokus sama beberapa klien aja tapi dengan pendapatan yang lebih stabil.

4. Package Pricing

Ini populer di antara studio dan agensi yang menawarkan berbagai layanan yang saling melengkapi, seperti branding, desain web, dan desain grafis. Misalnya, lo tawarkan paket branding yang mencakup logo, kartu nama, dan website dengan harga yang lebih murah dibanding kalo klien beli satuan. Ini bisa jadi value proposition yang menarik buat klien.

5. Value-Based Pricing

Meskipun lebih sulit untuk diimplementasikan, model ini bisa sangat menguntungkan karena lo menetapkan harga berdasarkan nilai yang lo tambahkan ke bisnis klien, bukan berdasarkan waktu atau biaya lo. Misalnya, desain website lo bisa meningkatkan konversi penjualan klien sebanyak 30%. Kalo peningkatan ini berarti tambahan pendapatan sebesar Rp100 juta per bulan buat klien, lo bisa saja menetapkan harga desain lo berdasarkan persentase dari peningkatan pendapatan tersebut.

6. Cost-Plus Pricing

Di model ini, lo hitung semua biaya produksi lo, termasuk waktu kerja yang dihitung per jam, lalu tambahin margin keuntungan. Ini memastikan bahwa lo nggak akan rugi, tapi juga bisa jadi kurang menarik buat klien yang lebih fokus pada nilai atau hasil akhir.

7. Subscription Model

Ini model yang lagi naik daun, di mana klien membayar biaya bulanan untuk sejumlah layanan desain. Ini bagus buat lo yang punya layanan yang bisa di-package dalam bentuk langganan dan repetitif, seperti maintenance website content atau desain konten media sosial secara berkala.

Remember, This is Your Own Business

Pilih model yang paling sesuai dengan bisnis lo, dan jangan takut untuk bereksperimen atau bahkan mengkombinasikan beberapa model untuk menemukan apa yang paling efektif.

Ingat, pricing itu nggak cuma soal menentukan berapa lo akan dibayar, tapi juga tentang menunjukkan nilai dan kualitas kerja lo.

Thank you ya sudah gabung di Creative Compass! Gue nggak sabar buat mulai petualangan seru ini bareng lo. Ayo kita gas! 🔥

Cheers!
Richard Fang

Green Lake City. East Asia 3 / 29. , Tangerang, Banten 15146
Unsubscribe · Preferences

The Creative Compass

An Essential Guide for Designpreneurs

The Creative Compass adalah panduan esensial buat lo yang pengen sukses di persimpangan antara desain dan kewirausahaan. Dibuat khusus buat yang lagi memimpin studio dan agensi, kita ngasih wawasan, strategi, dan inspirasi buat ngeliat peta bisnis dengan percaya diri. Ini tempat di mana desain ketemu bisnis.

Read more from The Creative Compass

Mengapa Produktivitas Optimal Adalah Kunci Kebahagiaan bagi Designer Halo Reader, Kali ini gue mau ngomongin sesuatu yang sering banget jadi topik pembahasan, tapi kadang masih disalahpahami: produktivitas optimal. Yap, banyak orang beranggapan produktivitas itu cuma soal bikin kerjaan sebanyak-banyaknya dalam waktu sehari, tapi itu salah besar, guys. Produktivitas Optimal vs Overworking Pertama-tama, kita harus tahu bedanya antara produktivitas optimal dan overworking. Produktivitas optimal...

7 months ago • 1 min read

Roadmap Designpreneur: Dari Freelancer ke Brand Builder Halo Reader, Kali ini gue mau bahas sesuatu yang sering jadi masalah buat banyak desainer: gimana caranya jadi desainer yang sukses di bisnis? Banyak yang jago desain tapi stuck di karir karena nggak ngerti bisnis. Nah, gue punya roadmap yang bisa jadi panduan lo untuk berkembang di industri ini. Tapi ingat ya, ini panduan, setiap orang mempunyai journey yang berbeda. Freelancer Awal Di level ini, lo harus jago teknis. Kuasai semua...

8 months ago • 2 min read

Halo Reader, Semoga lo sehat-sehat aja. Jangan lupa maskeran kalau keluar rumah, ya. Banyak temen dan kolega gue yang kena ISPA atau bergejala. Jadi, stay safe! So, ngomongin soal pricing, lo masih pakai feeling atau malah “ya udahlah, dia teman, jangan bikin ribet”? Gue ngerti banget, di awal-awal freelance dan pas bikin perusahaan pertama, gue juga gitu. Harga ditentuin dari project apa dan siapa kliennya. Hasilnya? Nggak sustainable dan gue sampe nggak bisa menggaji diri gue sendiri....

8 months ago • 1 min read
Share this post